Senarai

Hidup adalah keteguhan tekad, bukan apa yang diberikan oleh kehidupan tapi apa yang dapat kita berikan untuk kehidupan, bukan kesulitan kita tapi bagaimana kita mengatasi kesulitan kita.
Share |

Sabtu, 25 September 2010

IPA, IPS, atau BAHASA?

Entah kenapa hari ini tiba-tiba saya pengen cepet-cepet pulang ke rumah. Rasanya pengen cepet-cepet ngadepin komputer, pengen online, buka www.blogger.com. Mungkin karena hari ini saya lagi ada ide postingan kali ya?? hehehe...tapi ya sudahlah aku ceritakan saja. Gini ceritanya. Hari ini adalah hari sibuk di sekolah. Setelah selesai dengan ulangan semester II yang bikin kepala puyeng itu akhirnya telah usai. Dan tibalah saat yang paling menentukan, dimana kami siswa kelas 10 yang akan naik ke kelas 11 diwajibkan memilih jurusan yang disediakan di sekolah. Kebetulan disekolah kami ada 3 jurusan, IPA, IPS dan terakhir BAHASA.
Dikelas, temen-temen terlihat asyik berdebat satu sama lainnya. Ada yang serius, ada yang nyolot, ada yang ngangguk-ngangguk aja, ada juga yang geleng-geleng. Yang serius berarti dia sudah pasti dan ngerti harus pilih jurusan apa. Yang nyolot berarti sangat yakin pilihannya walaupun kadang-kadang alasannya tak logis. Yang ngangguk2 berarti kritis, namun LOLA. Yang geleng-geleng..... tak tahu lah.
Ini adalah sepintas obrolan mereka :
(Nama bukan sebenarnya)
Andre : Dul, Lu pilih jurusan mana??
Abdul : jurusan apaan maksud Lo??
Andre : Yaelah...pake nanya. Ya jurusan buat kelas 11 entarlah, apaan lagi??
Abdul : ohh...kirain lo tanya jurusan angkot rumah gw hehehe...
nggak tau Ndre, gw juga bingung. Lo sendiri gimana??
Andre : Saran dari Emak gw sih masuk IPA, alasannya biar gampang dapet kerja katanya.
Abdul : Masa sih?? tapi kalo menurut gw mendingan ke IPS aja.
Andre : Emangnya kenapa??
Abdul : Enak lho, anak-anaknya gaul-gaul trus belajarnya juga nggak terlalu sibuk kayak di IPA.
Andre : Oh ya?? enak juga ya. Tapi ngomong-ngomong kalo BAHASA gimana??
Abdul : BAHASA?? emang lo mau MDS (baca : Masa Depan Suram)
Andre : Masa??? emang napa??
Abdul : Lulusan bahasa itu nggak jelas arahnya mo kemana. Emang sih ada kuliah jurusan sastra, tapi kedepannya kita bakalan repot lagi karena jenis pekerjaanya nggak menjanjikan.
blablabla........

Itulah potongan percakapan yang terjadi.
Sekarang mari kita bahas.
Pernahkah kamu mengalami kejadian yang sama?
Setujukah kamu dengan pernyataan-pernyataan diatas?
Apakah yang akan terjadi jika kamu adalah anak Bahasa dan mendengarkan percakapan diatas?
Tentu saja semua argumen tentang jurusan-jurusan di atas adalah salah. Namun anehnya sampai sekarang ada penganutnya.
Pertama, anggapan bahwa lulusan IPA adalah lulusan yang paling gampang dapet kerja ketimbang lulusan-lulusan IPS dan BAHASA.
Kedua, anak IPS identik dengan santai, malas, nakal, urakan dan lainnya.
Ketiga, anak bahasa adalah "buangan" yang tidak keterima di IPA dan IPS

Menurut saya itu semua ada benernya ada juga salahnya. Benernya, anggapan itu pernah ada, namun itu sudah lama. Salahnya, karena kita berada di zaman berbeda.
Inget kawan, kita bukan di jaman Elvis Presley lagi. Ini bukan jamannya orang tua kita hidup karena pada dasarnya anggapan itu berasal dari orang tua kita yang hidup pada jaman 80-an kebelakang. Sekarang jamannya telah berubah setelah ditemukannya EQ, IQ dan SQ. Pada dasarnya manusia diciptakan berbeda sesuai kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Anak yang masuk IPA berarti daya pikir praktis dan matematisnya lebih dominan. Anak IPS berarti pengetahuan sosial luas dan rasa sosialismenya tinggi. Sedangkan anak bahasa berarti kemampuan otak akan daya nalar kebahasaannya lebih edun ketimbang anak IPS dan IPA. Bukan berarti anak bahasa itu buangan kawan.
Contohnya saya. Saya anak IPS. Awalnya saya memang ingin masuk IPA karena alasan gampang kerja tadi. Tapi jujur saja kemampuan saya dalam bidang eksak sangat miris. Di raport belum pernah ada nilai matematika dan fisika yang lebih dari 7. Akhirnya dari pada saya memaksakan diri masuk ke IPA trus pada akhirnya saya kelabakan mendingan masuk yang lain. IPS lah pelabuhan saya, karena saya tertarik bidang Ekonomi akuntansi yang rata-rata nilai di rapor 85.

So, jangan pernah membeda-bedakan apalagi ditambah sugesti buruk terhadap semua jurusan. Semua jurusan pada dasarnya adalah sama, menjadi wadah bagi kita para siswa untuk senantiasa berkembang dan tumbuh sesuai dengan kemampuan dan talenta yang kita punya. Karena sekali lagi manusia diciptakan berbeda-beda. Semua tergantung pada kelebihan dan keinginan kita kedepannya. Jika kita pengen jadi ilmuan, masuklah IPA. Pengen jadi akuntan, masuklah IPS. Atau pengen jadi guru Bahasa Inggris masuklah BAHASA. Sekarang sudah jelaskan?? udah ngerti??
kalo udah, sukur deh makasih.
Nah kalo belum jelas silahkan buka artikel tentang pembagian kecerdasan otak manusia disini.
atau pengen tau pendapat islam tentang pembagian kecerdasan otak?? silahkan klik disini.

Rabu, 01 September 2010

Manusia bahagia bila.......


Manusia bahagia bila ia bisa membuka mata. Untuk menyadari bahwa ia memiliki banyak hal yang berarti. Manusia bisa bahagia bila ia mau
membuka mata hati. Untuk menyadari, betapa ia dicintai.Manusia bisa bahagia, bila ia mau membuka diri. Agar orang lain bisa mencintainya dengan tulus.
Manusia tidak bahagia karena tidak mau membuka hati. berusaha meraih yang tidak dapat diraih, memaksa untuk mendapatkan segala yang diinginkan, tidak mau menerima dan mensyukuri yang ada. Manusia buta
karena egois dan hanya memikirkan diri, tidak sadar bahwa ia begitu dicintai, tidak sadar bahwa saat ini, apa yang ada adalah baik, selalu berusaha meraih lebih, dan tidak mau sadar karena serakah.
Ada teman yang begitu mencintai, namun tidak diindahkan, karena memilih, menilai dan menghakimi sendiri. Memilih teman dan mencari-
cari, padahal di depan mata ada teman yang sejati. Telah memiliki segala yang terbaik, namun serakah, ingin dirinya yang paling diperhatikan, paling disayang, selalu menjadi pusat perhatian, selalu dinomorsatukan. Padahal, semua manusia memiliki peranan, hebat dan nomor satu dalam
satu hal, belum tentu dalam hal lain, dicintai oleh satu orang belum tentu oleh orang lain.
Kebahagiaan bersumber dari dalam diri kita sendiri. Jikalau berharap dari orang lain, maka bersiaplah untuk ditinggalkan, bersiaplah untuk dikhianati.
Kita akan bahagia bila kita bisa menerima diri apa adanya, mencintai dan menghargai diri sendiri, mau mencintai orang lain, dan mau menerima
orang lain.
Percayalah kepada Tuhan, dan bersyukurlah kepada-Nya, bahwa kita selalu diberikan yang terbaik sesuai usaha kita. tak perlu berkeras hati. la
akan memberi kita di saat yang tepat apa yang kita butuhkan, meskipun bukan hari ini, masih ada esok hari. Berusaha dan bahagialah karena kita
dicintai begitu banyak orang.

Submitted by : Erinda Aulia

Satu takdir yang sama

Tak peduli apakah anda percaya akan adanya takdir atau tidak, sejatinya kita ini memiliki satu takdir yang sama; yaitu menjadi manusia yang
berbahagia. Tak butuh lebih dari satu kata untuk menjabarkan kebahagiaan. Karena kebahagiaan bukan untuk didefinisikan, namun dipahami dan dipancarkan dari dalam diri anda.
Tak peduli apa warna kulit, bentuk mata, dan garis rambut anda. Tak peduli pula apa bahasa, keyakinan dan pegangan anda. Kita semua
berhak menjadi bahagia. Dan semua ajaran kebijakan mengajak kita untuk membebaskan diri dari hambatan-hambatan yang membuat kita tak bahagia. Karena itu, tiada salahnya setelah menyisihkan waktu di akhir pekan ini untuk merenungi semua perjalanan yang sedang kita lalui,
sambil menatap jauh ke depan dan ke dalam diri, kita tuliskan tujuan hidup: untuk mencapai sebuah kebahagiaan sejati. Kebahagiaan yang membebaskan kita dari sekat-sekat antar sesama. Dan itu dimulai
dengan membebaskan diri dari sekat ego kita sendiri.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...